Senin, 25 April 2016

apa perbedaan dokter residen dengan dokter koas ?

yah.. mungkin banyak ya yang masih bingung apa sih perbedaannya .
sebelumnya kita bahas dulu ya apa persamaannya. lebih tepatnya sama sama masih menempuh pendidikan yah guys.. hihi :)
yaudah biar gak penasaran langsung aja yuk kita bahas .. check it out !!!

residen dokter merupaka dokter umum yang sedang dalam masa study pendidikan dokter spesialis.. itu artinya residen dokter itu lebih tepatnya adalah calon dokter spesialis yaah..

sedangkan koas merupakan dokter muda yang sedang study pofesi kedokeran gitu. biar resmi lah ya jadi dokternya cari2 pengalaman juga..

sama seperti dokter umum dokter gigi uga punya koasnya sendiri juga guys ..

Minggu, 16 Agustus 2015

Prosedur ekstraksi

Prosedur ekstraksi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor yang termasuj ke dalam tahapan itu sendiri .

1. Human precaution . Merupakan prosedur pencegahan penularan penyakit baik dari pasien ke operator maupun dari operator ke pasien . Hal hal yang dapat dilakukan adalah , memakain masker dan handscone.

2. Posisi pasien . Pastikan posisi pasien dalam keadaan benar. Yaitu :
        • untuk rahang atas : posisi pasien berada 30-60 derajat dari lantai .
         •untuk rahang bawah : posisi pasien berada sejajar dengan lantai.

3. Posisi operator . Pastikan posisi operator benar untuk mempermudah operator pada saat ekstraksi dilakukan. Yaitu :
         • regio 1,2,3 : operator berada di angka jarum jam 8-9
          •regio 4 : operator berada di jarum jam angka 9-12

4. Asepsis. Dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi dengan memberikan profidon iodin pada daerah yang akan dilukai

5. Anastesi . Pastikan pasien telah merasakan kebas, agar nantinya tidak terasa sakit dan mempermudah operator

6. Fiksasi . Fiksasi dilakukanndengan menggunakan jari di regio yang akan di ekstraksi . Yaitu :
     • anterior atas gigi (I-C) : lakukan fiksasi dengan menggunakan jari kiri(ibu jari dan telunjuk) . Ibu jari terletak pada bagian palatal dan telunjuk pada bagian labial
     •anterior bawah gigi I-C : (jari telunjuk dan jari tengah, jari telunjuk beradanpada bagian labial dan jari tengahpada bagian lingual.
     • posterior regio 1 P-M : ibu jari di bukal dan telunjuk di palatal
     •posterior regio 2 : ibu jari di palatal dan telunjuk di bukal
     •posterior regio 3 : jari tengah di lingual dan jari telunjuk di bukal
     •posterior regio 4: dari angka 9-12 . Ibu jari di lingual dan telunjuk di bukal.

7. Ekstraksi. 
Dilakukan deng beberapa tahap metode yaitu :
• luksasi
• rotasi
• ekstraksi
Semua gigi yang ada selalu dilakukan luksasi .msedangkan untuk rotasi biasanya dilakukan pada gigi C dan P (untuk Rahang bawah ). I dan C ( Untuk gigi rahang atas ).
Catatan . Jika gigi belum goyang sama sekali dapt digunakan bein untuk membuka akses , dengan mesial distal .

8. Instruksi
    ● instruksikan pasien untuk mnggigit tampon kurang lebih 15-30 menit . Jika darah masih keluar tampon diganti.
    ● tidak boleh berkumur dengan keras
    ● jabgan makan pada regio yang sudah dicabut
    ● jangan makan makanan yang terlalu dingin atau panas . Apalagi keras .
    ●jangan memainkan lidahnpada gigi yang baru dicabut.

Kamis, 18 Juni 2015

abses periodontal

Penyakit Periodontal
ABSES PERIODONTAL
 (Learning Issue 2)






                                                                         Disusun Oleh :
DOMINGOS SAVIO RIBEIRO BELO
DWI PUTRA SAIFULLAH
ERIKS FITRA NUGRAHA
ERLINDA ROHMATUL HASNAH
ANNA FITRIA
FENY ARISKA CHOIRUNNISAK
FIRDAUS PUTRA PRATAMA
FITRI WIDIYA HADIATI
GALIH DUTA PRIHADI
GALUH PUTRA PERMADI
GHOZAL QALAM PERMADI



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATAKEDIRI

2015


 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui gejala klinis dan tanda – tandanya seperti akumulasi lokal pus dan terletak didalam poket (Carranza, Newman, Takei, 2002).
  1
 
Hal ini Hal ini terjadi akibat adanya faktor iritasi, seperti plak, kalkulus, infeksi bakteri, impaksi makanan atau trauma jaringan sehingga terlihat adanya pengumpulan pus sepanjang akar gigi disebabkan infeksi jaringan periodontal dan gigi masih vital. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan alveolar sehingga gigi goyang. Manifestasi klinis abses periodontal dapat berupa gingiva bengkak, mukosa sekitar berwarna  kebiru-biruan, dan terasa sangat sakit terkadang disertai demam  (Carranza, Newman, Takei, 2002).
Abses periodontal merupakan salah satu dari beberapa kondisi klinik dalam periodontik sehingga pasien diharapkan untuk segera mendapatkan perawatan. Apabila tidak dilakukan perawatan atau perawatan yang adekuat, akan menyebabkan kehilangan gigi dan penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain.
Tujuan dari perawatan emerjensi terhadap kasus abses periodontal akut adalah Meredakan nyeri sakit yang ditimbulkan oleh abses, Mengontrol penyebaran infeksi yang menimbulkan komplikasi sistemik, Membuat drainase abses  (Carranza, Newman, Takei, 2002).
Untuk tercapainya ketiga tujuan di atas,dapat dilakukan perawatan emerjensi terhadap kasus abses periodontal akut adalah mencakup : Drainase abses, Pengasahan gigi yang ekstrusi akibat pembentukan abses, Pemberian antibiotika untuk meredakan komplikasi sistemik. Hal ini penting dilakukan, tidak hanya untuk prognosis periodontitis pada gigi yang dipengaruhi, tetapi juga kemungkinan adanya penyebaran infeksi  (Carranza, Newman, Takei, 2002).
1.2   Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksut dengan abses periodontal ?
  2. Apa saja diagnosa banding abses periodontal ?
  3. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa?
  4. Apa saja prosedur perawatan dari abses periodontal?

1.3   Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana perawatan yang dilakukan pada penderita dengan abses periodontal




 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Periodontal
Adalah jaringan pendukung gigi yang sebenarnya terdiri dari beberapa jaringan, tetapi telah menjadi salah satu yakni disebut jaringan pendukung gigi atau penyangga gigi yang terdiri dari ligament periodontal, procesus alveolaris, cementum dan gingiva (Mahfoed, 2005).
2.2 Klasifikasi Penyakit Periodontal
1.      Penyakit Gingiva
a.      Dental Plaque-Induced Gingival Disease
b.      Non-Plaque-Induced Gingival Disease
2.      Periodontitis Kronis
a.       Lokalisata        : <30% sites yang terlibat
b.      Generalisata    : >30% sites yang terlibat
c.       Slight               : 1 sampai 2 mm clinical attachment loss
d.      Moderate         : 3 sampai 4 mm clinical attachment loss
e.       Severe              : ≥5 mm clinical attachment loss

3.      Periodontitis Agresif
a.       Lokalisata
i)        Circumpubertal onset
ii)      Lokalisasi pada molar pertama atau insisif dengan proksimal attachment loss pada setidaknya 2 gigi permanen, salah satunya molar pertama.
iii)    Respon antibody kuat terhadapa gen infeksi
b.      Generalisata
i)        Biasanya mengenai pasien usia dibawah 30 tahun
ii)      Attachment loss proksimal generalisata mengenai setidaknya 3 gigi lain selain molar pertama dan insisif.
iii)     
iv)    Pronounced episodic nature dari destruksi periodontal
v)      Respon antibodi serum buruk terhadap agen infeksi.
4.      Periodontitis manifestasi penyakit sistemik
5.      Necrotizing periodontal disease
a.      Necrotizing ulcerative gingivitis
b.      Necrotizing ulcerative periodontitis
6.      Periodontal Abses
a.       Abses gingiva
b.      Abses periodontal
c.       Absespericoronal
7.      Periodontitis yang berasosiasi dengan lesi endodontic
a.       Lesi endodontic-periodontik
b.      Lesi Periodontik endodontic
c.       Lesi kombinasi
8.      Deformitas dapatan atau deformitas perkembangan
2.3  Pemeriksaan
2.3.1 Pemeriksaan Subyektif
a.       Penilaian pasien secara umum, untuk mendapat gambaran sekilas tentang karakter dan tipe pasien, serta kemungkinan adanya penyakit atau kondisi sistemik
b.      Riwayat medis, meliputi penilaian kesehatan pasien berdasarkan jawaban atau pertanyaan yang diajukan oleh dokter gigi
c.       Riwayat dental, dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keluhan utama pasien dan riwayat dental masalalu (Carranza, Newman, Tekei.2002).


2.3.2        Pemeriksaan Obyektif
a.       Pemeriksaan intra oral yaitu mencakup oral hygine,bau mulut,pemeriksaan rongga mulut dan nodus limfe
b.      Pemeriksaan gigi geligi, meliputi pemeriksaan satu persatu gigi untuk melihat kelainan yang ada pada setiap gigi meliputi pemeriksaan keausan gigi, stain, hipersensitivitas, hubungan kontak proksimal, mobiliti gigi,migrasi patologis, sensitivitas terhadap perkusi, gigi individual, gigi tiruan serta piranti orthodontik.
c.      
3
 
Pemeriksaan periodonsium, pemeriksaan terhadap semua tanda tanda periodontal yang meliputi keberadaan plak dan kalkulus,inflamasi pada ginggiva, keberadaan saku periodontal, distribusi , kedalaman saku,level perlekatan dan tipe saku,pendarahan pada probing, keberadaan lesi purkasi,keberadaan abses ginggiva atau abses periodontal.
d.      Analisis fungsi yaitu hubungan oklusi gigi geligi (Carranza, Newman, Tekei.2002).
2.3.3        Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu radiografi yang merupakan pemeriksaan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa penyakit periodontal (Carranza, Newman, Tekei.2002).



2.4 Abses Periodontal
2.4.1 Definisi Abses Periodontal
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal.
Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan terletak di dalam saku periodontal.
2.4.2 Diagnosa Banding Abses Periodontal
1.    Ginggiva Abses
-          Trauma Baru
-          Localised untuk gingiva
-          Tidak ada poket periodontal
2.        Abses Periapikal
-          Terletak diatas ujung apeks
-          Gigi non- vital
-          Restorasi yang besar
-          Besar karies dengan keterlibatan pulpa
-          Riwayat kepekaan terhadap panas dan dingin
-          Tidak ada tanda / gejala penyakit periodontal
-          Periapikal radiolusen
3.        Perio- Endo lesi
-          Periodontal yang parah penyakit yang mungkin melibatkan pencabangan yang
-          Keparahan tulang mencapai apeks menyebabkan infekipulpa
-          Gigi non vital yang ssura atau minimal direstorasi
4.    Endo-Perio lesi
-          Pulp infeksi menyebar melalui saluran lateral ke dalam saku periodontal
-          Biasanya non vital dengan radiolusen periapikal gigi
-          Localised mendalam mengantongi
-           
2.4.3 Klasifikasi Abses Periodontal
Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria, yaitu:
1. Berdasarkan lokasi abses
            a. Abses gingiva Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya merah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan sering berfluktuasi.
b. Abses periodontal Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding gingiva pada saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan tulang alveolar. Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak dirawat dan berhubungan dengan saku periodontal yang sedang dan dalam, biasanya terletak diluar daerah mukogingiva.
 Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila diperkusi dan mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan cepat dapat terjadi.
 Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari saku periodontal yang ada sebelumnya terutama terkait pada ketidaksempurnaan dalam menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah perawatan bedah periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah terapi antibiotik sistemik dan akibat dari penyakit rekuren. Abses periodontal yang tidak berhubungan dengan inflamasi penyakit periodontal termasuk perforasi gigi, fraktur dan impaksi benda asing. Kurangnya kontrol terhadap diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi dari pembentukan abses periodontal. Pembentukan abses periodontal merupakan penyebab utama kehilangan gigi. Namun, dengan perawatan yang tepat dan perawatan preventif yang konsisten, gigi dengan kehilangan tulang yang signifikan dapat dipertahankan selama bertahun-tahun.
c. Abses perikoronal Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak operkulum, yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah. Sama halnya dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma.
 Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati, demam dan malaise (Brenda,2009).
2. Berdasarkan jalannya lesi
a. Abses periodontal akut Abses periodontal akut biasanya menunjukkan gejala seperti sakit, edematous, lunak, pembengkakan, dengan penekanan yang lembut di jumpai adanya pus, peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada saku, sensitifitas terhadap palpasi dan kadang disertai demam dan limfadenopati
Gambar 2.1 abses periodontal akut (Brenda,2009).
b. Abses periodontal kronis Abses periodontal kronis biasanya berhubungan dengan saluran sinus dan asimtomatik, walaupun pada pasien didapatkan gejala-gejala ringan. Abses ini terbentuk setelah penyebaran infeksi yang disebabkan oleh drainase spontan, respon host atau terapi. Setelah hemeostatis antara host dan infeksi tercapai, pada pasien hanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa nyeri yang tumpul akan timbul dengan adanya saku periodontal, inflamasi dan saluran fistula.
Gambar 2.2 abses periodontal kronis (Brenda,2009).
3. Berdasarkan jumlah abses
a. Abses periodontal tunggal Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor lokal mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada.
 b. Abses periodontal multipel Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan periodontitis tidak terawat setelah terapi antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa gigi (Brenda,2009).
2.4.4 Etiologi Abses Periodontal
Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:
a. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis
Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan periodontitis adalah:
1. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
2. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan infeksi ke jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam saku tertutup.
3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam pertahanan host bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam meningkatkan pengeluaran suppurasi
4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada pasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan abses.
b. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis
Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan dengan periodontitis adalah:
1. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn, potongan tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak diketahui.
2. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.
3. Infeksi lateral kista.
4. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi predisposisi pembentukan abses periodontal. Adanya cervical cemental tears dapat memicu pekembangan yang cepat dari periodontitis dan perkembangan abses (Newman,2006).
2.4.5  Patogenesis dan Histopatologi
Masuknya bakteri kedalam dinding saku jaringan lunak merupakan awal terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori kemudian ditarik oleh faktor kemotaksis yang dilepaskan oleh bakteri dan bersama dengan reaksi inflamatori akan menyebabkan destruksi jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri dan memproduksi pus.
Secara histologis, akan ditemukan neutrofil-neutrofil yang utuh mengelilingi bagian tengah debris jaringan lunak dan destruksi leukosit. Pada tahap berikutnya, membran piogenik yang terdiri dari makrofag dan neutrofil telah terbentuk. Laju destruksi abses tergantung pada pertumbuhan bakteri di dalamnya, virulensinya dan pH lokal. Adanya pH asam akan memberi keuntungan terhadap enzim lisosom (Herrera,2000).
2.4.6  Mikrobiologi
Banyak artikel menuliskan bahwa infeksi purulen oral adalah polimikroba, dan disebabkan oleh bakteri endogen. Topoll dkk, Newman dan sims melaporkan bahwa sekitar 60 % di jumpai bakteri anaerob. Bakteri ini tidak terlihat spesifik, tetapi diketahui patogen terhadap periodontal seperti Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia dan Fusobakterium nucleatum merupakan spesis bakteri paling banyak.
Pada penelitian David Herrera dkk juga melaporkan, selain ketiga bakteri diatas dijumpai juga Porphyromonas melaninogenica, Bacteriodes forsythus, Peptostreptococus micros dan Campylobacter rectus (Herrera,2000).
2.4.7 Gejala Abses Periodontal
Gejala abses periodontal yaitu ada 5  yang sering ditemukan yaitu :
1.      Adanya rasa sakit yang terus menerus,timbul,dan terlokalisasi
2.      Sakit menghebat jika gigi ditekan atau jaringan lunak diatasnya ditekan
3.      Demam
4.      Lemas
5.      Limpadenopati dan rasa tidak nyaman (Langlais,2014).
2.4.8  Perawatan Abses Periodontal
a.Perawatan Abses Periodontal Akut
Bentuk perawatan pilihan abses periodontal diantaranya, drainase baik melalui retraksi poket atau insisi, scalling dan root planning, periodontal surgery, pemberian antibiotik, dan pencabutan gigi penyebab. Tujuan dari perawatan abses periodontal akut adalah untuk mengurangi rasa sakit, mengendalikan infeksi, dan drainase abses untuk meredakan gejala akut. Drainase dapat dilakukan dua cara insisi abses periodontal akut, yaitu (Newman,2002; Newman,2006):
1.    Drainase dari dalam poket
Daerah yang akan diinsisi diberi anestesi topikal terlebih dahulu, namun apabila anestesi topikal tidak memberikan hasil yang memuaskan, dapat diinjeksikan anestesi lokal disekitar tepi abses karena daerah yang bengkak, tidak boleh diinjeksi. Setelah dianestesi, probe dimasukkan ke dalam poket dengan hati-hati untuk mempersiapkan drainase dinding poket dengan menggelembungkan dinding poket. Kemudian dilakukan kuretase pada dinding poket untuk membersihkan jaringan nekrotik.
2.        Drainase melalui insisi eksternal
Apabila insisi dari dalam poket sulit untuk dilakukan, drainase dapat dilakukan dengan melakukan insisi pada sisi eksternal. Hal yang pertama kali dilakukan drainase melalui insisi eksternal adalah mengisolasi abses. Setelah diberikan anestesi topikal, anestesi lokal diinjeksikan di daerah tepi abses. Blade #15 digunakan untuk membuat insisi arah vertikal melalui daerah abses yang fluktuatif meluas hingga daerah apikal abses. Sebuah kuret atau periosteal elevator digunakan untuk mengangkat jaringan granulomatosa didalam abses. Setelah itu menekan daerah luar abses untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan yang purulen. Dalam hal ini, biasanya tidak diperlukan menjahit daerah luka. Setelah drainase berhenti, daerah abses dikeringkan dan diolesi antiseptik. Pada pasien yang tidak mengalami kelainan sistemik, diinstruksikan untuk berkumur segelas air garam hangat dan pasien dapat dievaluasi dihari berikutnya. Apabila suhu tubuh pasien meningkat, dapat diberikan penisilin atau antibiotik lainnya sedangkan analgesik dapat juga diberikan untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu, pasien diinstruksikan untuk istirahat dan menjaga diet.

C
 
B
 
A
 
Gambar 2.3 Insisi abses periodontal akut. A. Abses periodontal akut yang fluktuatif; B.Insisi abses; C. Setelah tanda-tanda akut mereda (Newman,2002)

Pada evaluasi hasil perawatan, pembengkakan umunya berkurang bahkan menghilang. Namun apabila gejala ini masih ada, pasien diinstruksikan untuk mengikuti aturan yang telah diinstruksikan sebelumnya dan kembali kepada dokter gigi 24 jam lagi. Apabila terjadi suatu kondisi diantaranya seperti celulitis, poket yang dalam, panas, limphadenopathy regional, dapat diberikan antibiotik pada pasien. Antibiotik pilihan yang diberikan pada pasien infeksi periodontal adalah :
1.      Amoxicillin 500mg
2.      Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti dengan clindamycin 300mg, azithromycin 500mg, atau clarithromycin 500mg
b. Perawatan Abses Periodontal Kronis
Setelah dilakukan drainase yang adekuat dan pemberian antibiotik, abses periodontal akut akan berubah menjadi abses periodontal kronis. Pada beberapakasus,abses periodontal kronis terjadi drainase spontan. Perawatan selanjutnya mirip serupa dengan perawatan periodontal poket (Newman,2002).
Description: 1Description: 1
Description: 1
Gambar 2.4 Perawatan Abses Periodontal Kronis. (Newman,2006) 
2.4.9 Pencegahan Penyakit Periodontal
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia (Carranza, Newman, Tekei.2002).
Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah  karena penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah (Carranza, Newman, Tekei.2002).
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu :
1. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal, tanpa control plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi sebaiknya diberi program kontrol plak (Carranza, Newman, Tekei.2002).
a.       Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti pemeliharaan kesehatan.
b.      Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.
c.       Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti mencegah kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia :
a.       Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi penggunaan alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih proksimal seperti dental floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
b.      Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur seperti chlorhexidine (Betadine, Isodine).
2. Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis mulut harus lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :
a.       Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak. Gincu kue warna ras dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-anak.
b.      Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh permukaan.
c.       Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi
d.      Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
e.       Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung .
f.       Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.
3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara perlahanlahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan tempat gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang lengkung rahang
6. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat
Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan pencegahan harus diperluas dari klinik gigi kepada masyarakat. Hal yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit periodontal dapat dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif dari metode pencegahan karies gigi. Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada masyarakat, seperti:
a.       Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal pada orang dewasa dimulai pada masa anak-anak.
b.      Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat dielakkan dan disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat masyarakat bahwa kehilangan gigi selalu terjadi bila mereka sudah tua.
c.       Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal biasanya tidak menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga masyarakat tidak menyadarinya. Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk mengetahui adanya karies gigi dan penyakit periodontal secepatnya kemudian segera merawatnya bila ditemukan adanya penyakit
d.      Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah bila segera dirawat sehingga lebih besar kemungkinan berhasil disembuhkan. Disamping itu waktu yang digunakan lebih sedikit dan merupakan cara yang paling ekonomis daripada menanggulangi penyakit.
e.       Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan perawatan gigi yang teratur .
f.       Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut harus merupakan inti dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat.
7. Pencegahan kambuhnya penyakit
Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program yang positif untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi dan pasien (untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus mentaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai pelayanan pencegahan yang bermanfaat (Carranza, Newman, Tekei.2002).
2.4.10 Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan
1. Faktor Lokal
a. Faktor-faktor lokal yang menghambat penyembuhan.
 Beberapa faktor lokal ternyata dapat menghambat penyembuhan pasca terapi periodontal. Faktor lokal yang sering menghambat penyembuhan adalah:
1. Terkontaminasinya daerah luka oleh mikroorganisme plak.
2. Manipulasi yang berlebihan pada waktu melakukan perawatan.
3. Adanya benda asing pada daerah luka.
4. Prosedur perawatan yang berulang-ulang yang mengganggu aktivitas seluler pada proses penyembuhan.
5. Terganggunya pasok darah ke daerah luka. Agar aktivitas seluler meningkat selama penyembuhan dibutuhkan pasok darah yang adekuat. Bila pasok darah terganggu atau berkurang, akan terjadi daerah-daerah nekrosis dan penyembuhan akan terhambat.
b. Faktor-faktor lokal yang mempercepat penyembuhan.
 Beberapa faktorlokal justeru dapat mempercepat penyembuhan, yaitu:
1. Penyingkiran jaringan yang degenerasi dan nekrosis (debridemen). Pada waktu penyembuhan jaringan yang degenerasi dan nekrosis memang dapat difagositosis, namun dengan dilakukannya debridemen proses penyembuhan menjadi lebih cepat.
2. Imobilisasi daerah penyembuhan. Hal ini dilakukan dengan pemasangan splin pada gigi yang mobiliti.
3. Penekanan pada daerah luka, misalnya dengan pemasangan pembalut periodontal.
2. Faktor Sistemik
Berbeda dengan faktor lokal, faktor sistemik pada umumnya menghambat penyembuhan. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Pertambahan usia. Hal ini diduga karena perubahan aterosklerosis pada pembuluh darah yang sering terjadi pada usia lanjut menyebabakan berkurangnya sirkulasi darah.
2. Penyakit infkesi, diabetes mellitus, dan penyakit-penyakit yang melemahkan (debilitating diseases).
3. Gangguan nutrisi seperti: pasok makanan yang kurang; kondisi yang menghambat penyerapan nutrien; dan defisiensi vitamin C, protein dan nutrien lainnya. Luka bedah periodontal pada umumnya adalah tergolong luka kecil, sehingga diet yang seimbang sudah cukup bagi penyembuhan yang baik.
4. Glukosteroid seperti kortison menghambat penyembuhan dengan jalan menekan reaksi inflamatoris atau menghambat pertumbuhan fibroblas, produksi kolagen, dan pembentukan sel-sel endotel.
5. Stress, tiroidektomi, testosteron, hormon adrenokortikotropik (adrenocorticotropic hormone / ACTH), dan estrogen dalam dosis besar dapat menekan jaringan granulasi sehingga menghambat penyembuhan.
6. Progesteron meningkatkan dan mempercepat vaskularisasi jaringan granulasi yang belum matang, dan menyebabkan dilatasi pembuluhpembuluh darah marginal sehingga gingiva rentan terhadap iritasimekanis (Dalimunthe,2001).


2.5  Poket
Poket adalah sulkus gingiva yg bertambah dalam oleh karena proses patologis. Kedalaman sulkus bertambah karena :
  1. Gingival margin bergerak kekoronal
  2. Dasr sulkus bergerak keapikal
  3. Kombinasi (Prayitno, 2003)
2.5.1  Klasifikasi poket
1.      Menurut morfologi
  1. Poket gingiva
terbentuknya poket oleh karena pembesaran gingiva tanpa destruksi jaringan dibawahnya
b.      Poket periodontal
            terbentuk poket sebagai hasil dari migrasi junctional epitethelium keapikal.
2.  Menurut jumlah permukaan gigi yang terlibat
  1. Simple poket
  2. Compound poket
  3. Complex poket (Prayitno, 2003).
 BAB III
Diagnosa
Banding
    Pasien
      Penunjang
Subjektif
Objektif
   Diagnosa
Pemeriksaan
KONSEP MAPPING




Pe  penyakit periodontal
   Abses Periodontal
BAB IV
PEMBAHASAN

   Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva (gingivitis) atau dapat menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis). Gambaran klinis yang membedakan antara gingivitis dan periodontitis adalah ada tidaknya kerusakan jaringan periodontal destruktif umumnya dihubungkan dengan keberadaan dan atau meningkatnya jumlah bakteri patogen spesifik. Di antara beberapa kondisi akut yang dapat terjadi pada jaringan periodontal, abses layak mendapat perhatian khusus. Abses pada  jaringan periodontal  merupakan  infeksi bakteri akut yang terlokalilisir pada jaringan periodontal.
            Pada pemeriksaan klinis tampak adanya ginggiva dengan konsistensi lunak,kemerahan, hangat dan mengkilat, serta supurasi pada saat ditekan, sakit pada saat dilakukan druk dan perkusi. Terdapat kalkulus dan poket dengan kedalaman 6 mm, nyeri pada bagian labial 23, tidak ada mobilitas gigi. Pada foto rontgen tampak adanya gambaran radiolusen dengan batas tidak jelas pada apikal gigi 23.
Dari pemeriksaan klinis yang didapat diagnose kasus yang tepat adalah abses periodontal. Abses periodontal adalah infeksi purulen yang berlokasi pada jaringan yang berdekatan dengan kantong periodontal yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar. Hal ini juga dikenal sebagai abses periodontal lateral atau abses parietal. Ciri khas dari abses periodontal adalah  akumulasi lokal nanah pada dinding gingiva di dekat kantong periodontal; biasanya terjadi pada aspek lateral gigi; gingiva merah, edema dan mengkilap. Gejala dan tanda yang timbul bisa berbeda tergantung dari lokasi abses. Penanganan yang segera diperlukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi sistemik.
Adanya abses dari gigi yang terlibat, untuk menentukan apakah perlu dilakukan ekstraksi atau tidak. Oleh karena itu, diagnosis yang akurat dan pengobatan yang segera dari abses merupakan langkah penting dalam mengelola pasien dengan abses periodontal.
            Dalam kasus ini langkah perwatan pendahuluan dapat dilakukan dengan insisi dan drainase untuk menghilangkan pus/ nanah yang ada, lalu pemberian antibiotic dan analgesic. Untuk tahap perawatan selanjutnya dapat dilakukan scalling dan pemberian DHE kepada pasien agar menjaga kebersihan mulut. Setelah itu pasien dianjurkan control dan berkunjung ke dokter gigi 6 bulan sekali.
Perawatan
Kontrol  & DHE
                                   


 BAB  V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan                                       
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa abses periodontal merupakan suatu inflamasi yang mengandung pus di jaringan periodontal, yang bisa bersifat kronis atau akut. Perawatan pilihan abses periodontal diantaranya, drainase baik melalui retraksi poket atau insisi, scalling dan root planning, periodontal surgery, pemberian antibiotik, dan pencabutan gigi penyebab.

 

5.2 Saran
            Calon dokter gigi harus belajar mengetahui prosedur pemeriksaan secara mendetail tentang penyakit periodontal, agar dapat menegakkan diagnosa dengan tepat dan tentunya hal ini akan menunjang pemilihan perawatan yang tepat dan sesuai dengan kasus yang sedang di hadapi nantinya.


 DAFTAR PUSTAKA
Brenda M, 2009 . Oral Health Care for Prognant Women : DHEC (CR.009437)
Dalimunthe SH, 2001. Periodonsia. Edisi Revisi. Medan : 196-99.
Herrera D, Roldan S, Sanz M. The Periodontal Abscess : a review . Journal of clinical periodontology. 2000 : 27: 377-386
Langlais, Robert P. 2014. Alih bahasa : Titi Suta . Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan. Ed. 4. Jakarta: EGC
Machfoedz, I & Zein, A.Y. (2005). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil. Yogakarta: Tramaya
Newman, MG., Takei, HH., Caranza,  FA. 2002. Carranza’s – Clinical Periodontology. 9th edition. Philadelpia: W.B. Saunders Company.
Newman, MG., Takei, HH., Caranza,  FA., Klokkevold, PR.  2006. Carranza’s – Clinical Periodontology. 10th edition. Philadelpia: W.B. Saunders Company.
Prayitno SW,2003. Penatalaksanaan Gigi Goyang akibat Kelainan Jaringan Periodonsium . Cermin Dunia Kedokteran : 115.